14 Mei 2013

TIPE KEPEMIMPINAN BARU



Akhir-akhir ini, dalam mendiskusikan kemungkinan peralihan generasi kepemimpinan, rasanya kita terlalu sering berbicara tentang tokoh-tokoh yang akan menjadi pemimpin dimasa depan. Dalam kadar tertentu, itu sebenarnya wajar saja. Namun pembicaraan seperti itu tidak boleh membuat kita lupa bahwa yang terpenting sebetulnya bukan lagi pada soal siap melainkan pada apa dan bagaimana bentuk kepemimpinan baru itu. Dengan kata lain, yang kita harus perhatikan bersama bukan lagi sekedar tokoh atau pemimpin (leader) tapi kepemimpinan (leadership).
Karena itu, banyak pertanyaan-pertanyaan mendesak untuk kita jawab adalah, Secara ideal, bentuk kepemimpinan seperti apa yang sebaiknya kita terapkan pada generasi baru nanti, dengan berbagai tantangan dimasa depan, faktor-faktor apa yang menentukan keberhasilan seorang pemimpin? Cukupkah jika ia mewarisi begitu saja bentuk kepemimpinan yang selama ini dominan? Dalam era orde baru selama ini, kalo kita menggunakan tepologi yang pernah dikemukakan oleh prof. Herbert faith, tipe kepemimpinan yang dominan adalah tipe administrator. Dalam tipe itu, kepemimpinan di definisikan lebih sebagai kemampuan untuk menciptakan negara modern dengan segala perangkat teknis-administratif.
Saya sangat sependapat dengan yang ditulis rizal malarange dalam bukunya “dari langit” yang mengatakan bahwa Sang pemimpin seperti itu, bukanlah seorang yang menguasai retorika dan teknik-teknik persuasi. Walaupun memiliki kekuasaan politik yang amat besar, ia sesungguhnya adalah orang yang non-politisi par excellence, teknokrat, birokrat, jenderal.keahlian bukanlah dalam membujuk dan merayu masyarakat, tetapi dalam menyelesaikan masalah teknis dengan duduk dibelakang meja serta merealisasi wewenang birokratisnya. Kalau toh ia ingin memobilisasi dukungan masyarakat luas, biasanya ia melakukan tidak dengan bujukan dan rayuan tetapi lebih bersadar pada kekuasaan politis-birokratis yang dimilikinya.
Namun, buat generasi kepemimpinan baru kita, tipe kepemimpinan seperti itu jelas sudah harus direvisi. Memang, selama ini kepemimpinan tipe administratif yang non-politis itu telah membantu tercapainya pembangunan ekonomi yang pesat dan pertumbuhan institusi pemerintahan cukup kuat. Prof. Widjojo Nitisastro, misalnya, telah melakukan dasar-dasar pembangunan ekonomi yang cukup kukuh, melalui praktik yang nyaris sempurna dari kepemimpinan semacam itu.
saya dapat menyimpulkan bahwasannya untuk generasi yang akan menghadapi kecenderungan dan persoalan baru yang sedemikian, jelas tipe kepemimpinan yang dinutuhkan adalah tipe kepemimpinan “sadar politik”. Sebagai mana umumnya pemimpin kenegaraan di negeri-negeri yang telah demokratis. Jika dia seorang jenderal, ia adalah seseorang yang sadar bahwa logika kepemimpinan masyarakat berbeda 180 derajat dengan logika dalam memimpin pertempuran. Yang pertama membutuhkan dialog dan persuasi, yang kedua sepenuhnya dapat bersadar pada komando dan hierarki. Jika ia seorang birokrat, ia mengerti perbedaan besar antara “pemerintah” dan pelayan masyarakat.
Mungkinkah tipe seperti itu akan menjadi ciri khas generasi pemimpin-pemimpin baru kita nanti? Wallahualam. Yang jelas, dari segi tuntutan sejarah, rasanya kita tidak punya pilihan lain.

Sumber:  http://politik.kompasiana.com/2013/04/01/tipe-kepemimpinan-baru-541844.html