17 Desember 2017

TAK ADA YANG ANGKAT TANGAN

(Oleh: Kak Wawan Herman Husdiawan)

Ini kisah nyata tentang anak-anak TK (Taman Kanak Kanak) di Gaza, Palestina. Cerita ini dituturkan oleh Kak Bambang Bimo Suryono salah seorang pencerita muslim terbaik juga guru saya yang pernah ke jalur Gaza beberapa waktu lalu.

Begini kisahnya, suatu hari Kak Bimo mendatangi TK di Jalur Gaza untuk menyalurkan bantuan dari Indonesia. Sekolah yang didatangi bernama TK Annajmul-Quran (TK Bintang Quran). Sekolah ini terdiri dari 7 orang guru yang kesemuanya hafal Al-Quran. Murid mereka berjumlah 163 orang anak yang merupakan anak yatim piatu korban perang.

Saat didatangi dan dibawakan bantuan tak satupun dari 163 anak korban perang yang menengadahkan tangan untuk meminta (mengemis), "Saya minta, saya minta roti!" Kalimat seperti ini sama sekali tidak ada. Mungkin tidak ada kamus meminta bagi anak anak Palestina. Padahal mereka sangat layak diberi, betul?

Lalu saat Kak Bimo hendak bercerita pada anak TK disana. Beliau mengawali dengan memberikan beberapa pertanyaan,

"Siapa diantara kalian yang ingin jadi dokter?" Tanya Kak Bimo

Ada tiga anak perempuan yang malu malu mengangkat tangan ingin jadi dokter.

"Siapa yang ingin jadi pemain sepak bola?" Tanya Kak Bimo lagi.

Riuuuuuh 6 - 7 anak anak laki-laki ankgat tangan.

"Saya, saya, saya" Teriak mereka semangat.

Ketika ditanya keinginan menjadi penyanyi, juga jadi presiden tak satupun angkat tangan. Awalnya Ka Bimo sempat berprasangka buruk bahwa anak Palestina sudah tidak berani bermimpi.

Lalu pertanyaan terakhir, ini paling menarik dan banyak hikmahnya untuk kita.

"Siapa yang ingin Syahid Fii Sabilillah?" Tanya Kak bimo dengan penuh semangat.

Mungkin Anda mengira akan banyak anak-anak TK yang rata-rata sudah hafal Al-Quran itu angkat tangan, betul?

Tapi nyatanya tidak ada satupun diantara mereka yang angkat tangan, tidak ada!

Anak-anak sholih, dan sholiha para penjaga Al-Aqsha itu tidak sekedar angkat tangan tapi mereka semua kompak, tanpa aba-aba, tanpa komando, mereka semua tanpa terkecuali spontan berdiri sambil kepalkan tangan dan berseru,

"Aku mau syahid, aku mau syahid, aku mau syahid...!!!"

Jawaban itu diteriakkan lantang dengan penuh keyakinan,

"Aku mau syahid menyusul ayahku di syurga, aku mau syahid seperti pamanku, aku mau syahid seperti kakakku...!!!"

Kata-kata itu diteriakkan keras dan tanpa ragu dari lisan penghafal Al-Quran yang masih alfa tanpa dosa.

Seketika Kak Bimo mundur, tak tahan tangisan beliau pun pecah, dadanya guncang karena mendengar dan menyaksikan cita-cita tertinggi mereka yaitu Syahid Fi Sabilillah. Bukankah ini impian tertinggi seorang mukmin? Dan itu diteriakkan oleh anak tak berdosa dengan mata merah menyala tanda keberanian yang luarbiasa.

Tidak selesai sampai disitu, Kak Bimo bertanya lagi,

"Siapa yang ingin syahid lebih dahulu?" Kali ini jawaban mereka lebij dahsyat lagi

"Saya saya saya!" Teriak mereka sambil kepalkan tangan bahkan anak-anak yang tadinya hanya berdiri kini naik ke kursi agar lebih terlihat oleh penanya bahwa impian tertinggi mereka adalah Syahid Fi Sabilillah lebih awal.

Siapa yang tidak merinding, berguncang dan menangis menyaksikan peristiwa yang mungkin tidak terjadi di tempat lain selain di bumi Allah Palestina.

Ayah bunda, bagaimana menurut anda kejadian ini?

Pertanyaannya kira-kira bagaimana cara mereka dididik? Apa yang dilakukan orangtua mereka? Sehingga masih TK saja sudah sedemikian indah cita-citanya. Mati syahid itu kalau benar niat dan caranya pasti garansi syurga, anak palestina paham ini. Sejatinya semua yang mengaku beriman pada Allah cita-citanya adalah Syahid Fi Sabilillah.

Sekali lagi kira-kira apa yang dilakukan orangtua palestina dalam mendidik anaknya?

Entahlah, satu hal yang saya tahu ini saya dengar dari seorang Syeikh asal Palestina saat kunjungannya ke NTB. Beliau mengatakan ada dua ruh utama bagaimana anak Palestina dididik orangtuanya:

1. Al Quran

Sejak 0 tahun sudah didengarkan Al-Quran, diajarkan Al-Quran dan didik dengan Al-Quran.

2. Kisah-Kisah

Anak-anak disana dikisahkan cerita dari Al-Quran, dikisahkan cerita para Nabi, Sahabat dan orang orang sholih terdahulu. Ini sangat merasuk dijiwanya.

Ujar salah seorang Syeikh Palestina. Sudah kah kita sungguh-sungguh melakukan dua hal diatas...?

Ahhhh..., membayangkan semua anak-anak Taman Kanak-Kanak tanpa dikomandoi bercita-cita mati syahid demi agamanya itu sungguh sangat istimewa.

Semoga buah hati kita kelak memiliki ruh Al-Quran, dan menjadi pejuang Al-Quran seperti anak-anak Palestina.

Aamiin Yaa Rabbal 'Aalamiin...